Motivasi Hidup - Manusia,
dari tingkatan permukaan sampai ke tingkatan hati dan jiwa, memang
pernah ditelusuri banyak sekali ilmuwan. Dari psikolog Sigmund Freud,
Carl Jung, ke sosiolog Max Weber, Anthony Giddens, sampai dengan
fisikawan seperti Frijof Capra. Deretan ilmuwan ini tentu amat membantu
pemahaman kemudian. Tidak saja di zaman mereka hidup, bahkan melebar ke
waktu-waktu sesudahnya.
Kedalaman hasilnya, memang amat
tergantung pada ketekunan seseorang dalam mencari dan menggali. Dan
seniman, lengkap dengan kelebihan maupun kekurangannya, melalui
bahasa-bahasa metaforanya sedang ?bercakap-cakap? dengan dirinya
sendiri. Dan pembaca serta pendengarnya pun ?bercakap-cakap? dengan
dirinya sendiri.
Yang layak direnungkan, melalui tangan-tangan
seniman yang percakapan ke dalamnya mengagumkan sebagaimana penulis
novel ?Biola Tak Berdawai,? kita seperti diajak menyelam dalam ke
kedalaman kita masing-masing. Coba perhatikan salah satu kalimat
menyentuh novel indah ini ketika mencoba menjelaskan kehidupan anak-anak
tuna daksa (melebihi dari satu cacat ? demikian salah satu keterangan
kecil novel ini): ? kami tidak sempurna bagi yang membandingkan ketubuhan
kami dengan ketubuhan mereka, tetapi kami bertubuh sempurna dalam
keberadaan kami sendiri?.
Bagi pikiran yang dipenuhi kepintaran,
dan hanya bisa berjalan serta bergerak jika ada pembandingan,
penggambaran kesempurnaan seperti ini tentu saja menghentak.
Kesempurnaan, ternyata ada di luar pembandingan. Ini menerangkan
sekaligus membebaskan. Berbeda sekali dengan keseharian sejumlah
sahabat. Di mana kesempurnaan menjadi sangat dan teramat langka, karena
penuh pembandingan sekaligus penghakiman.
Jangankan anak-anak
cacat, istri, suami, atasan, bawahan, orang tua, tetangga, pemerintah,
anggota legislatif, anggota yudikatif, semuanya terlihat jauh dari
sempurna karena dibandingkan. Lebih-lebih kalau pembandingan ini
dibumbui penghakiman. Tidak saja yang dibandingkan dan dihakimi yang
terlihat kurang sempurna, pihak yang membandingkan dan menghakimi juga
bergerak ke tataran yang semakin tidak sempurna.Kata ?lebih?, entah
lebih baik atau lebih buruk, memang tidak sekadar jembatan pemahaman. Ia
juga serangkaian penghakiman yang bisa membebaskan atau menakutkan.
Bukankah
perang, konflik, teror, perceraian dan sejenisnya lahir dari manusia
yang merasa diri lebih benar? Adakah yang merasakan kesombongan demikian
berkuasanya di dalam ketika manusia menyebut diri lebih baik? Adakah
yang melihat kalau minder dan tidak percaya diri sudah merampok demikian
sadisnya ketika manusia menyebut dirinya lebih buruk?
Bagi siapa
saja yang tekun dalam perjalanan percakapan yang membebaskan, setiap
pemberhentian sementara diikuti oleh perjalanan pertanyaan berikutnya.
Keinderaan yang mana?
Hati yang memancar melalui hafalan atau pemujaan?
Keinderaan yang tumbuh melalui daging atau yang tumbuh oleh keindahan?
Ah, maafkanlah percakapan! Dari satu sisi, ia memang seperti menambah kebingungan melalui pertanyaan-pertanyaannya. Di lain sisi, ia juga yang memberi energi perjalanan pemahaman sekaligus membebaskan.
Terutama, melalui sifatnya yang senantiasa terbuka.
- Gede Prama (sinarharapan) -
Kasus terlempar keluar 60 penumpang dari pesawat Ilyushin 76 di ketinggian 10.000 kaki, Mei 2003 lalu cukup menarik perhatian.
Mengapa ? Menurut batasan fisika, semakin jauh dari permukaan tanah, tekanan udara yang membungkus Bumi akan semakin kecil.
Kejadian Il-76 bisa dirunut sebagai berikut. Menjelang keberangkatan, semua pintu kemudian ditutup rapat. Sejak itu hubungan kabin penumpang ditutup dengan lingkungan luar.Dalam persiapan terbang ini, tekanan udara dalam kabin penumpang kemudian diatur. Tekanan diatur hingga batas dimana tubuh manusia dapat mentoleransinya. Dalam hal ini, tekanan tak dibuat sama benar dengan tekanan udara di permukaan Bumi, melainkan cukup hingga tekanan pada ketinggian 500-1.000 kaki. Tekanan ini harus senantiasa dijaga secara ketat dalam pressurized cabin berdinding dan seal kuat. Tak boleh ada celah sedikit pun dengan udara luar.
Sedikit saja timbul celah efek yang terjadi bakal luar biasa.Jika hal ini terjadi di ketinggian jelajah pesawat badan lebar yang sekitar 33.000 kaki, misalnya, lubang kecil bisa bikin badan pesawat pecah. Itu karena udara dari dalam kabin akan menyerobot keluar hingga terjadi persamaan tekanan udara di dalam dan luar.
Kata Bijak Hari Ini.
Masa depan harus dipikirkan baik-baik, direncanakan serta dipersiapkan sebaik mungkin. Tetapi tidak boleh disertai dengan kekhawatiran. Jangan khawatir akan hari esok. (Dale Carnigie)
0 komentar :
Posting Komentar