Bila
anda mencari alasan untuk sebuah kegagalan, anda bisa temukan
berjuta-juta dengan mudahnya. Namun, alasan tetaplah alasan. Ia takkan
mengubah kegagalan menjadi keberhasilan. Kerapkali, alasan serupa dengan
pengingkaran. Semakin banyak menumpuk alasan, semakin besar
pengingkaran pada diri sendiri. Ini menjauhkan anda dari keberhasilan;
sekaligus melemahkan kekuatan diri sendiri. Berhentilah mencari suatu
alasan untuk menutupi kegagalan. Mulailah bertindak untuk meraih
keberhasilan.
Belajarlah dari penambang yang tekun mencari emas.
Ditimbanya berliter-liter tanah keruh dari sungai. Ia saring lumpur dari
pasir. Ia sisir pasir dari logam. Tak jemu ia lakukan hingga tampaklah
butiran emas berkilauan. Begitulah semestinya anda memperlakukan
kegagalan. Kegagalan itu seperti pasir keruh yang menyembunyikan emas.
Bila anda terus berusaha, tekun mencari perbaikan di sela-sela
kerumitan, serta berani menyingkirkan alasan-alasan, maka anda akan
menemukan cahaya kesempatan. Hanya mencari alasan, sama saja dengan
membuang pasir dan semua emas yang ada di dalamnya.
Nama Pasifik sebagai sebutan bagi Lautan Teduh sebenarnya adalah keliru. Saat pelayaran keliling dunianya, Magellan menyeberangi lautan itu tanpa sekalipun menemui badai. Samudera yang luasnya tiga kali benua Asia inipun kemudian diberi nama olehnya dengan sebutan "Mar Pacifico" (Lautan Teduh).
Magellan sebenarnya cuma beruntung. Secara kenyataan, Pasifik adalah samudera yang memiliki paling banyak badai dan paling ganas diantara samudera-samudera lainnya di muka bumi.
Apa yang nampak sebagai suatu kemurahan hati, sering sebenarnya tiada lain daripada ambisi yang terselubung, yang mengabaikan kepentingan-kepentingan kecil untuk mengejar kepentingan-kepentingan yang lebih besar. (La Roucefoucauld)
0 komentar :
Posting Komentar